Kamis, 30 Juni 2022

 

Aksi Nyata Modul 3.3.

PENGELOLAAN PROGRAM YANG BERDAMPAK PADA MURID

“CERDIK” Cerdas dengan Digital Komputer

ETI UTAMI

CGP Angkatan 4 Kabupaten Sukoharjo

 

1.      PERISTIWA (FACT)

A.     Latar Belakang

Maksud pengajaran dan pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat anak agar mereka mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sesuai dengan kodrat alam dan zaman. Program direncanakan dengan memanfaatkan aset yang ada disekolah yakni kepala sekolah, guru, murid dan laboratorium komputer. Dalam program ini suara: murid diberi kebebasan sesuai dengan keinginannya apa yang akan dipelajari, apa manfaatnya bagi murid, Melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran. Pilihan: murid diberi kebebasan memilih program dan aplikasi apa yang akan dipilih, memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar sesuai minat mereka,memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya, memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau agenda dalam melaksanakan pembelajarannya. Kepemilikan: memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi. Program ini direncanakan dan dilaksanakan dengan melakukan pemetaan aset berupa laboratorium komputer yang tersedia dengan perangkat komputer yang cukup banyak, sehingga program ini bisa berjalan, murid dengan berbagai minat dan bakat, guru pembimbing yang tersedia untuk membimbing kegiatan ekstrakurikuler ini, dukungan kepala sekolah dan rekan sejawat. Dari survei dan interview murid banyak murid yang berkeinginan unutk mengembangkan minat dan bakatnya dalam bidang komputer.Alasan melakukan aksi nyata. Kegiatan ini dilakukan agar dapat meningkatkan kemampuan murid dalam menggunakan komputer dan bertujuan untuk meningkatkan bakat minat murid dalam bidang komputer.

 

B.     Alasan Melakukan Aksi Nyata

Program dilaksanakan dengan tujuan untuk menumbuhkembangkan minat dan bakat murid dalam bidang komputer dengan memanfaatkan aset sekolah yang ada.

 

C.     Hasil Aksi Nyata yang Dilakukan

Dari kegiatan yang dilakukan sesuasi dengan  rancangan kegiatan secara bertahap maka murid  dapat menggunakan komputer dan mengembangkan minat dan bakatnya.

a.       Koordinasi dengan kepala sekolah

Sebelum melakukan aksi nyata, saya berkoordinasi dengan kepala sekolah tentang pengelolaan program yang berdampak pada murid dengan judul “CERDIK” Cerdas dengan Digital Komputer, yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler dengan pelaksanaan setelah jam pembelajaran di sekolah selesai.

b.      Menyusun Rencana Aksi

Setelah melakukan koordinasi dengan kepala sekolah kemudian saya menyusun aksi yang akan saya lakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Dari rincian kerangka BAGJA yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa program ini bisa diharapkan dapat berjalan dengan baik. Pengumpulan murid untuk mengikuti program ekscul komputer dengan langkah memberikan angket peminatan program ekscul sekolah. Dengan tahap awal diskusi bersama murid yang mengikuti ekscul didapat bahwa 35 murid menginginkan kelas power point, 42 murid menginginkan kelas canva. Dari hasil diskusi juga didapat bahwa kegiatan akan dilakukan kelas power point hari Selasa jam 14.00-15.30 dan kelas canva hari Kamis jam 14.00-15.30, kegiatan dilakukan dalam 1 semester dengan waktu yang terjadwal.

Dari program ini diharapkan murid dapat menggunakan komputer dengan baik, unutk kelas power point dapat menghasilkan murid yang bisa menggunakan power point dan kelas canva didapat murid yang bisa canva. Dari kegiatan tersebut yang bertanggung jawab adalah murid dan pembimbing ekscul. Dalam program ini suara: murid diberi kebebasan sesuai dengan keinginannya apa yang akan dipelajari, apa manfaatnya bagi murid, melibatkan murid dalam perencanaan pembelajaran. Pilihan: murid diberi kebebasan memilih program dan aplikasi apa yang akan dipilih, memberikan kesempatan pada murid untuk menggali sumber-sumber belajar sesuai minat mereka,memberikan kesempatan pada murid untuk mengevaluasi pembelajarannya, memberikan kesempatan pada murid untuk menentukan rencana, jadwal atau agenda dalam melaksanakan pembelajarannya. Kepemilikan: memberi kesempatan murid membawa sumber-sumber pembelajaran yang mungkin mereka miliki dan meminta mereka berbagi.

 

 

 

 










                c.       Dampak dari Program yang dijalankan

Dampak dari program ini diharapkan murid dapat menggunakan komputer dengan baik, untuk kelas power point dapat menghasilkan murid yang bisa menggunakan power point dan kelas canva didapat murid yang bisa canva, sehingga murid dapat membuat sebuah presentasi baik dalam bentuk file ppt maupun dalam bentuk file video. Dari kegiatan tersebut yang bertanggung jawab adalah murid dan pembimbing ekscul.

 

d.      Evaluasi

Setelah melakukan aksi nyata, saya melakukan evaluasi diambil dari murid, yang secara langsung merasakan dan terlibat dalam program ini, tentang perasaan yang dirasakan dari keikut sertaan program ini, apa manfaat yang bisa diambil dari program ini, kekurangan apa dari program ini dan apa yang akan diperbaiki kedepannya agar program bisa lebih maju. Pengumpulan data dilakukan melalui angket dan wawancara langsung.  Refleksi perbaikan ke depan, saya akan lebih banyak melakukan program ekstrakurikuler lainnya dan program yang berdampak pada murid.

 

2.      PERASAAN (FEELING)

Setelah melakukan aksi nyata saya merasa senang sekaligus bangga dapat mentransfer sedikit ilmu yang saya punya dan juga dapat mengembangkan program yang berdampak pada murid dapat diterapkan oleh rekan sejawat lainnya.

 

3.      PEMBELAJARAN (FINDINGS)

Pembelajaran yang dapat saya ambil dari kegiatan aksi nyata ini adalah adalah terwujudnya program yang berdampak pada murid yang mendorong kepemimpinan pada murid dalam hal peningkatan penggunaan komputer serta akan semakin menggali bakat dan minat murid yang dapat melatih kreativitas serta inovasi dalam menciptakan karya. Program ini juga akan mengembangkan sikap gotong royong, mandiri, kreatif, inovatif, berkebhinekaan. Murid yang berani menampilkan karya tentu akan menumbuhkan semangat dan termoyivasi menghasilkan karya yang lain. Saya berharap bahwa program ini akan bisa mewujudkan murid berprofil  pelajar pancasila.

Dari aksi nyata ini saya juga banyak mendapatkan pelajaran penting, yakni dengan menerapkan tahapan BAGJA. Bagaimana saya harus menyusun dan mengelola sebuah program yang berdampak pada murid dengan pemetaan aset model BAGJA. Selain itu kolaborasi berbagai asset yang dimiliki sekolah sangat mendukung terlaksananya program yang berdampak pada murid.

 

4.      PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Keterkaitan dengan pembelajaran bahwa program ini sangat mendukung sekali dalam pembuatan media presentasi yang interaktif dalam bentuk file atau video, sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran intrakurikuler dalam membuat sebuah presentasi. Rencana perbaikan ke depan yang akan saya lakukan yakni membangun keberlanjutan program komputer ini dan juga mengadakan jadwal perubahan program aplikasi agar tidak menimbulkan kejenuhan. Selain itu saya juga akan berbagi praktik baik yang telah saya laksanakan ini kepada rekan guru agar dapat diterapkan juga di kelas yang lain. Jika semua kelas melaksanakan program yang berdampak pada murid ini yakni cerdas dengan digital komputer maka kemampuan digital murid tentu akan meningkat dan pada akhirnya akan tumbuh  kraetivitas dan inovasi dalam penggunaan komputer.

Minggu, 24 April 2022

KONEKSI ANTAR MATERI - MODUL 3.1.a.9 - PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN


          


Fasil : Sumarin

PP : Agus Riyanto

Eti Utami

CGP angkatan 4

Kab. Sukoharjo



Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam tugas ini terdapat 10 pertanyaan yang akan saya coba membahasnya satu persatu.

1. Bagaimana pandangan Ki Hadjar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha memberika pengaruh besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. KHD berpandangan bahwa seorang guru itu harus memberikan tauladan atau contoh praktik baik kepada muridnya. Dalam setiap pengambilan keputusan, seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi Pratap Triloka ing Madyo mangun karsa dan pada akhirnya guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan Filosofi Pratap Triloka Tut Wuri Handayani.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.

Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya. Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta didik. Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial dan keterampilan berinteraksi sosial dalam mengambil keputusan secara berkesadaran penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.

3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching model TIRTA, kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching model TIRTA sangat ideal apabila dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.

TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim dari Goal, Reality, Options dan Will.

  • Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini,
  • Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee,
  • Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi.
  • Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. TIRTA akronim dari :

ü T : Tujuan

ü I : Identifikasi

ü R : Rencana aksi

ü TA: Tanggung jawab

Selasa, 25 Januari 2022

MENGEMBANGKAN BUDAYA POSITIF MELALUI KEYAKINAN KELAS

LATAR BELAKANG 
Untuk mewujudkan Merdeka belajar, diperlukan sekolah yang memiliki iklim pendidikan yang kondusif. Murid harus merasa aman, nyaman, dihargai dan diterima oleh guru dan teman-temannya, sehingga pengembangan potensi murid lebih optimal. Budaya Positif sekolah merupakan nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, berkarakter, displin dan bertanggung jawab. Untuk membangun budaya positif dibutuhkan waktu yang cukup lama dan dilakukan secara bertahap, karena hal tersebut tercermin dalam sikap keseharian seluruh komponen sekolah (kepala sekolah, guru, wali murid, murid, masyarakat sekitar dan stake holder) untuk mengembangkan nilai dan potensi yang positif dalam diri murid, sehingga terwujud Profil Pelajar Pancasila. Dengan Nilai dan Peran Guru Penggerak yang memiliki Visi pendidikan sesuai Filosofi Ki Hadjar Dewantara, Pendidik sebagai penuntun untuk menciptakan kondisi pembelajaran dan lingkungan sekolah yang positif dan berpihak pada murid, sehingga Budaya Positif akan tercapai dan terwujud kebahagiaan dan keselamatan murid baik untuk dirinya maupun masyarakat. Membiasakan budaya positif sebagai suatu pola pembiasaan yang secara otomatis akan selalu mewarnai setiap perilaku warga sekolah, terutama dalam melaksanakan aturan secara konsisten dengan penuh kesadaran tinggi, sehingga visi sekolah impian akan tercapai yaitu menumbuhkan murid sebagai pemimpin masa depan dalam konteks merdeka belajar dan Profil Pelajar Pancasila. Salah satu bagian dari budaya positif adalah keyakinan kelas. Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai universal yang diyakini bersama, berasal dari dalam diri dan tanpa paksaan. Murid melakukan sesuatu karena memiliki motivasi yaitu : untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menhargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Dengan keyakinan kelas, murid melakukan suatu tindakan didasari oleh keyakinannya, berdasarkan motivasi intrinsik. Sebagai langkah awal dalam mewujudkan budaya positif, murid diajak membuat kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas disusun guru dan murid secara demokratis. 

TUJUAN 
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut : 
1. Memberikan pengalaman kepada murid dalam membuat kesepakatan secara demokratis. 
2. Menanamkan budaya positif yang akan menjadi bekal hidup untuk murid selamat dan bahagia. 
3. Menjadikan keyakinan kelas sebagai pembiasaan yang terpola secara otomatis dan membantu mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. 

LINIMASA KEGIATAN 
1. Mensosialisasikan rancangan aksi nyata kepada kepala sekolah dan rekan guru. 
2. Menyusun kelas impian keyakinan kelas bersama murid. 
3. Membuat kelas impian dan keyakinan kelas dalam bentuk poster yang ditempel pada pojok kelas.

Minggu, 11 Oktober 2020

Perangkat Keras Komputer

 

Pengertian Perangkat Keras Komputer dan Fungsinya

Perangkat keras komputer adalah bagian dari sistem komputer sebagai perangkat yang dapat diraba, dilihat secara fisik, dan bertindak untuk menjalankan instruksi dari perangkat lunak (software). Perangkat keras komputer juga disebut dengan hardware. Hardware berperan secara menyeluruh terhadap kinerja suatu sistem komputer. Berikut cara kerja, macam-macam perangkat keras komputer, dan fungsinya.